Nyanyian dan Tarian Tradisional Suku Yali

 LAGU, METAFORA DAN MAKNA




1. Lagu dan Metafora 

Lagu dan musik memiliki makna penting dalam kehidupan manusia. Dalam budaya orang Papua di New Guinea dan orang Melanesia secara umum, lagu dan musik adalah gambar mengenai dunia, dimana manusia hidup. Dalam lagu-lagu dapat mengambarkan alam, manusia, peristiwa, budaya, keinginan dan harapan. Dalam lagu-lagu dikomunikasikan berbagai masalah secara pribadi dan kolektif melalui metafora dalam gambar fenomena alam. Ciri khas gambar alam dalam lagu-lagu adalah masalah-masalah yang dihadapi manusia secara pribadi dan kolektif, di mana masalah-masalah itu dikomunikasikan melalui metafora dalam gambar fenomena alam. Alam adalah domain sumber yang kaya untuk dipetakan ke berbagai ide abstrak, melalui lagu-lagu dalam citra alam. Dimensi ruang memiliki peran dominan dalam representasi metaforis, sebagian terkait dengan bagaimana citra distrukturkan dalam ruang, dan juga bagaimana gerakan, entitas atau perhatian ditampilkan dalam pembuatan makna. 

Metafora adalah pandangan linguistik kognitif yang mengambarkan dalam domain alam dengan dua makna. Metafora dipahami sebagai satu domain konseptual kepada domain konseptual yang lain dalam menyampaikan pesan. Metaphor dapat didefinisikan sebagai “understanding one conceptual domain in terms of another conceptual domain” (Kövecses, 2010: 4). Dalam memahami metafora, domain konseptual A adalah dipahami dengan domain konseptual B. Dalam lagu-lagu tentang cinta dapat digambarkan dengan bunga-bunga, organisasi sosial digambarkan dengan tumbuhan, perang digambarkan dengan api, dan perdamaian digambarkan dengan kesejukan dan cinta. Metafora selalu dipahami dalam dua domain ini, dan domain-domain itu memiliki makna-makna secara ambiguistis. Karena itu, perlu memahami konteks dari sebuah lagu yang dapat diciptakan dan dinyanyikannya. 

Asal dan fungsi metafora adalah gagasan dan bahasa, pemahaman dan konseptual dan linguistis. Karena banyak fakta-fakta empiris dalam metaforo dari bahasa, psikologi, dan disiplin terkait untuk mendukung metafora bagian dari gagasan disebut conceptual metaphor. Dipindahkan dari pandangan metafora sebagai suatu entitas linguistik dari aspek gagasan fundamental yang digambarkan sebagai peran metafora di dalam aksi sosial. Konseptual metafora terdiri atas gagasan, bahasa, dan komunikasi yang memunculkan bunyi-bunyi metafora sebagai sebuah konteks (Landau et al 2014:16). Bunyi-bunyi metafor yang dimunculkan dalam lagu-lagu dipahami dalam konteks-konteks tempat, alam, dan peristiwa waktu dimana dan bagaimana mencuptakan dan menyanyikan lagu-lagu itu. 

Orang Papua menciptakan lagu-lagu dilandasi gagasan tertentu yang berkaitan dengan alam, masalah pribadi atau kolektif dalam kehidupan sosial, fenomena alam dan sosial tertentu. Lagu-lagu yang berkaitan dengan alam selalu mengambarkan tentang lingkungan alam, gunung, laut, sungai, angin, langit, hujan, awan, matahari, bulan, bintang, flora, dan vauna. Lagu-lagu yang berhubungan dengan manusia mengambarkan aktivitas sosial, peristiwa, cinta, benci, marah, kritik, pujian, permohonan, cita-cita atau keinginan dan harapan. Dalam lagu-lagu selalu digambarkan elemen-elemen metaforis dalam domain alam dan sosial dalam pesan-pesan itu.

Domain-domain dalam metaforis itu adalah mengelola konseptual metaforis dari psikologis dan linguistik dalam istilah, dan istilah itu menimbulkan bunyi-bunyi bahasa yang berbeda dari yang biasanya. Istilah-istilah bahasa yang berbeda itu mengambarkan dua dimensi dalam satu teks lagu atau dalam satu bunyi lagu. Pada satu sisi, istilah-istilah metaforis mengambarkan sebuah puisi, dan disisi lain istilah-istilah itu mengambarkan sebuah lagu. Puisi dan lagu yang digambarkan dalam domain-domain metaforis adalah dua sisi dari satu gambar, di satu sisi teks atau bunyi itu adalah puisi, sebaliknya dari sisi lain teks dan bunyi itu adalah lagu. Dasar yang membedakan pada dua sisi itu terletak pada istilah-istilah bahasa. Gambar metaforis dari domain lain dengan makna yang berbeda, dan itu tidak secara langsung dapat dipahami sebagai puitis. Sementara itu, bahasa yang digambarkan dalam teks atau bunyi adalah langsung dari istilah bahasa biasa yang dipahami secara umum, dan memiliki makna langsung dapat dipahami umum oleh publik sebagai sebuah lagu.

Dalam sebuah teks lagu atau bunyi-bunyi lagu, sering muncul konten-konten puisi pada garis-garis tertentu dalam sebuah teks lagu atau bunyi lagu. Ciri khas kombinasi antara lagu dan puisi ini selalu digambarkan dalam lagu-lagu etnik-etnik di Papua. Pada sisi lain, lagu dan puisi dipisahkan dalam teks atau bunyi-bunyi yang terpisah. Puisi lebih banyak dilentunkan dalam ritus-ritus yang berhubungan dengan agama, kepercayaan, dan politik. Lagu dan puisi menjelaskan konteks alam atau fenomenan dan menyampaikan konteks itu kepada orang lain. Seperti lagu, “puisi deskripsikan dimana mereka menciptakan puisi tersebut, dan puisi menggunakan konteks sebagai sebuah arti untuk menyampaikan sesuatu hal“ (Kövecses 2015: 117). Puitis selalu mengambarkan perspektif metaforis dan konteks yang digunakan secara metaforis untuk ekspresikan makna dari konteks yang dideskripsikan. 

Dalam budaya Yali misalnya, lagu dan puisi saling terintegratif, dan saling terkait satu dari lain, puisi tidak bisa dipisahkan dari lagu. Lagu dan puisi berasal dari gagasan, metafora, linguistik dan budaya. Puisi dan lagu ialah komunikasi pragmatik referensial, karena keduanya itu secara ekplisit diatur dalam kanon refleksif ketika lagu-lagu dapat dinyanyikannya. Pandangan ini juga digambarkan oleh Steven Feld dalam studinya tentang lagu dan puisi orang Kaluli di Papua New Guinea.

„Poetics are integral to song and do not exist as an isolated verbal entity… Song poetry goes beyond pragmatic referential communication because it is explicitly organized by canons of reflectiveness and self- consciousness that are not found in ordinary talk “. (Feld 2012: 34). 

Selain Yali dan Kaluli, etnik-etnik di New Guinea memiliki kemiripan ciri khas mengenai lagu dan puisi, puisi terintegrasi dengan lagu, dan tidak terisolasi entitas verbal dan bunyi, lagu sebagai pragmatis puitis dalam komunikasi. Hal yang memisahkan antara lagu dan puisi Yali adalah isi teks, dan ukuran. Apakah ukuran isi teks lagu dan puisi itu lebih pendek atau panjang. Pertama, bentuk teks lagu sering lebih pendek dan isinya menceritakan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti publik. Kedua, puisi memiliki teks yang panjang dengan bahasa metaforis yang sulit dipahami secara umum oleh publik, puisi seperti yang dilantunkan para tabib dalam melaksanakan ritus. Bentuk ketiga adalah kombinasi antara lagu dan puisi, dalam teksnya terdiri dari teks panjang dan pendek dengan kombinasi kata-kata secara simbolis dan metaforis untuk menjelaskan objek atau peristiwa yang menjadi entitas deskripsikan itu.

Prinsip-prinsip ini sebagai ciri umum yang ditemukan dalam lagu-lagu dan puisi etnik-etnik di New Guinea. Dalam kultur etnik-etnik Papua lagu dan puisi selalu berhubungan dengan metaforis melalui domain alam dan peristiwa dalam konteks untuk menjelaskan konteks peristiwa itu. Dalam lagu-lagu deskripsikan cinta, pujian, kritik, permohonan, perjuangan, perang, kemenangan, kekalahan, dan perdamaian. Konteks-konteks peristiwa ini dideskripsikan dalam lagu-lagu melalui metafora dengan domain alam, dan menjelaskan makna-makna dalam konteks itu sebagai arti lagu. Tema-tema lagu yang berbeda, tetapi konteks dapat menentukan makna-makna lagu yang dideskripsikan. 

Konteks politik sering berkaitan dengan pesta babi, ritus, panen kebun baru, perang, dan perdamaian, lagu diciptakan untuk mengambarkan konteks-konteks tersebut. Lagu-lagu yang mengisahkan tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat alat perang, busur, hulu panah, mata panah, dan kematian. Domain-domain metaforis ini deksripsikan makna-makna yang berbeda tentang perjuangan, prajurit, perang dan pembunuhan. Hal-hal yang berkaitan dengan politik dan perang.  

Dalam kondisi politik perjuangan kemerdekaan Papua saat ini, orang-orang Papua menciptakan lagu-lagu dalam domain dan tema-tema yang berbeda, tetapi makna-makna lagu mendeskripsikan konteks perjuangan politik kemerdekaan Papua. Dengan variasi tema dan domain metaforis mendeskrisipkan dan menyampaikan konteks-konteks politik dalam perjuangan sebagai isi dari lagu-lagu itu.

2. Kasus Teks Lagu

Teks lagu ini mengisahkan tentang dunia kehidupan orang Yali di kampung mereka. Sebuah lagu dalam teks ini terdiri atas tiga bait dan ketiga bait itu mengambarkan keindahan alam, kampung, hutan, sungai dan hasil kebun. Lagu ini dinyanyikan oleh orang Wali di lembah Ubahag, dan dunia yang digambarkan dalam lagu ini adalah di daerah Sikasi dan Telambela. Lagu-lagu ini dinyanyi orang Yali dan Mek dalam tari tradisional mereka yang ditunjukkan dalam video dibawah ini. Bait pertama dimulai di menit 0: 27-1: 14, Bait dua dimualai menit 1: 14-2: 01, sedangkan bait tiga mulai dari menit 2:2 – 2: 48 atau akhir dari video pendek itu. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam video itu dideskripsikan sebagai berikut:  

Suwele le waharuk ahig te ya o hu

Girahale le waharug ahig te ya o hu

Kilinding e kolondeng e ya o hu

Elesi watug ahek ya o hu

Kilinding e Kolondeng I ya o hu

Ya o hui ya o hu

Ya o hai I ya o hu

Ya o hui ya o hu

Ya o hai I ya o hu

Ref

Ya yo 

hui 

ya yo 

hu

Ya yo 

hai 

ya yo 


hu Sungai Suwele mengalir indah bunyinya

Sungai Girahale mengalir indah bunyinya

Berbunyi-bunyi antara batu-batuan

Hujan di hulunya 

Berbunyi-bunyi antara batu-batuan

Ayo mari kagum

Ayo ari heran

Ayo mari kagum

Ayo ari heran

Ref

Ayo kagum

ayo 

heran

ayo 

kagum 

ayo 

heran


Kolum sak oso naluk te ya o hu

Saluwan sak oso naluk te ya o hu

O hebe lisag et lahakug te ya o hu

Kolum hebe saluwan hebe re ya o hu

O hebe lisag et lahakug te ya o hu

Ya o hui ya o hu

Ya o hai I ya o hu

Ya o hui ya o hu

Ya o hai I ya o hu

Ref

Ya yo 

hui 

ya yo 

hu

Ya yo 

hai 

ya yo 

hu 


Setelah masak dan makan buah merah kolum

Sesudah masak dan makan buah merah saluwan

Kami mendaki ke puncak gunung

Gunung kolum dan saluwan

Kami mendaki puncak gunung

Ayo mari kagum

Ayo ari heran

Ayo mari kagum

Ayo ari heran

Ref

Ayo kagum

ayo 

heran

ayo 

kagum 

ayo 

heran


Hele taloho kuhug kuhug te ya o hu

E taloho kuhug kuhug te ya o hu

Sembereg owil fusog te ya o hu

Ik humulu pinali eleruk te ya o hu

Semberek owil fusog te ya o hu

Ya o hui ya o hu

Ya o hai I ya o hu

Ya o hui ya o hu

Ya o hai I ya o hu

Ref

Ya yo 

hui 

ya yo 

hu

Ya yo 

hai 

ya yo 

hu 


Kami masuk hutan bonggar semak-semak rotan

Kami masuk hutan bonggar pepohonan hutan

Lihat bunga-bunga pohon semberek warna warni

Di hulu sungai humulu pinali

Lihat bunga-bunga pohon semberek warna warni

Ayo mari kagum

Ayo ari heran

Ayo mari kagum

Ayo ari heran

Ref

Ayo kagum

ayo 

heran

ayo 

kagum 

ayo 

heran

3. Komentar dan analisa

Dalam bait pertama lagu ini mengisahkan, aliran sebuah sungai. Di mana sungai itu mengalir dari pegunungan ke dataran rendah, di hulu sungai telah turun hujan deras dan menimbulkan sungai meluap dan banjir ke daratan rendah, derasnya arus sungai itu membuat batu-batu di tepi sungai tercabut dan terhanjutkan ke hilir sungai yang membuat bunyi-bunyi besar karena batu-batuan itu saling berbenturan, dan terhanjutkan ke hilir sungai. 

Metaforis lagu ini mengambarkan sebuah  aliran sungai dengan bunyi pebatuan karena banjir. Lagu ini diciptakan dalam konteks pemujaan alam dan kampung mereka, di mana mereka menggunakan domain alam dengan mengisahkan unsur-unsur alam seperti hujan, sungai, dan bunyi. Makna lagu pada lapisan kedua ddigambar secara metaforis dalam lagu ini adalah mengisahkan ekonomi dan sumber daya alam yang semua dibawa keluar dari wilayah mereka. Hujan, sungai, banjir dan bunyi digambarkan sebagai suatu kekuatan besar yang sedang mengambil semua kekayaan milik mereka dan dibawanya ke tempat lain. Kekuatan besar yang mengambil kekayaan alam itu digambarkan sebagai sebuah sungai yang mengalir dengan derasnya, karena banjir akibat hujan di hulu sungai, semua kekayaan itu dibawa ke hilir sungai, berarti seluruh kekayaan alam itu dibawa keluar atau ke tempat lain dari kampung mereka. Lagu-lagu dengan makna simbolik dan metaforis seperti diciptakan dalam konteks tertentu, biasa orang-orang tertentu di kampung yang memiliki banyak babi tetapi babi-babi itu diberikan kepada pihak lain di luar kampung itu, maka lagu sejenis ini dikarang untuk protes tindakan itu. 

Dalam bait dua lagu ini, mengisahkan tentang ekonomi yang direpresentasi dengan buah merah. Buah mereka adalah satu jenis makanan yang penting bagi orang Yali dan suku-suku lain di daerah pegunungan Papua. Jenis makanan ini tidak ditemukan di tempat lain, dan memiliki kandungan yang fantastis untuk kehidupan manusia. Dalam sejarah orang Yali, buah merah diberikan roh, ketika waktu bulan terang tiba, seorang laki-laki berburu di dataran tinggi (pegunungan), secara ajaib ia bertemu dengan seorang gadis cantik dan gadis itu membawahnya ke dunia roh atau dunia orang mati. Orang tua gadis itu terima laki-laki itu dengan ritus, lalu mereka masak sejumlah babi dan sejumlah babi lain bersama gadis itu diberikan kepada laki-laki muda itu sebagai istrinya. Sebelum berpisahan, orang tua gadis itu memberikan sebuah bibit pandan, dengan pesan bahwa setelah kembali ke kampung laki-laki itu tanam jenis pandan itu di halaman rumahnya, selama pandan itu belum berbuah tidak boleh melakukan hubungan intim dengan istrinya. Buah itu menjadi tumbuh dan besar, kemudian mulai berbuah. Tiap hari laki-laki itu ke melihat buah pandan itu, tetapi matang. Pada suatu hari, secara diam-diam perempuan itu mengambil darah menstruasinya kemudian digosok pada buah pandan itu, lalu buah itu berubah merah dan matang. Buah itu kemudian telah menjadi makanan penting dalam masyarakat Yali, terkait dengan sejarah itu selama masa menstruasi perempuan dilarang untuk makan buah mereka. Di masa lalu perempuan tidak bisa makan bebas semua jenis buah merah sebelum dilakukan ritus khusus, kecuali buah merah kuni yang disebut monani, buah ini memiliki lemak berwarna kuning maka perempuan diperbolehkan makan. Tetapi, jenis-jenis buah merah lain bisa makan setelah melewati proses ritus khusus. Di daerah Yalimu, terdapat 35 jenis buah mereka, tiap buah merah memiliki ciri khusus baik jenis pohon, daun, buah dan isi atau lemaknya. Ada beberapa jenis seperti Munani, suluwan, dan hiba perempuan boleh makan melalui ritus khusus, tahap kedua bisa makan beberapa jenis lain sesuai usia para perempuan dan tingkat ritus, dan jenis-jenis lain sangat dilarang tegas untuk makan. 

Dalam budaya Yali, buah merah memiliki nilai tersendiri, sebagai salah satu makanan utama, nilai ritual, kebutuhan gizi, kebutuhan kesehatan tubuh, makanan babi, nilai dagang dan pertukaran timbal sesama, dan digunakan sebagai obat untuk luka, penyakit kulit dan lain-lain . Musim buah mereka dimulai Agustus hingga Februari, selama ini orang-orang pesta Bersama di kampung, di tepi sungai atau di kebun. Mereka masak buah merah, makan dan berkumpul bersama, terkadang menyanyi dan menari khusus orang-orang muda. Lagu bait dua ini dikarang dan dinyanyikan dalam konteks budaya seperti ini, dalam baris-baris bait ini mengisahkan tentang masak buah merah, direpresentasi pada dua jenis buah mereka yaitu: saluwan dan kolum, dan baris selanjutnya digambarkan perjalanan mereka ke rumah. Kata, „o hebe lisahk et lahakuk“ „kami mendaki puncak gunung dengan keringat“, istilah mendaki mengambarkan kondisi geografis, di mana kampung-kampung di Yalimu dibangun di atas perbukitan dan rengkaian pegunungan, dan buah merah umumnya ditanami di lembah-lembah dan tepi sungai. Maka lagu ini mengambarkan kondisi sosial budaya dan geografis tersebut.

Bait tiga dapat mengambarkan tentang hutan, keindahan dan sungai. Baris satu dan dua merupakan tentang hutan-hutan di sekitar yang sering mencari kebutuhan hidup manusia semisal berburu, beramu, rekreasi, dan kebutuhan untuk pembangunan rumah. Baris-baris itu adalah variasi dari makna kultur yang sama. Baris tiga dan lima mengambarkan keindahan alam yang direpresentasi dengan bunga-bunga dari sebuah jenis pohon disebut semberek. Baris empat mendeskripsikan tempat-tempat yang ditemukan bunga-bunga itu bahwa bunga-bunga itu ditemukan di hulu sungai Tumulu dan Pinali, di daerah Tilampela dan Sirikasi. mengambarkan  

Kata-kata yang diceritakan dalam lagu-lagu ini sebagai metafor dengan menggunakan domain alam yang mengambarkan kehidupan manusia dalam hubungan dengan alam, lingkungan sosial dan dunia roh merupakan suatu kesatuan dan tidak terpisahkan satu dari lainya. Tiap kata itu memiliki akar lebih ke dalam, dan dihubungkan dengan banyak elemen lain. Makna simbolik dan metaforis dalam lagu ini digambarkan dua hal. Makna metaforis pertama seperti dijelaskan di atas bahwa lagu itu dikarang untuk mengungkapkan ekspresi tentang keindahan alam, hutan, sungai dan alam sekitarnya. Makna metaforis kedua memiliki pengertian yang berbeda dari yang digambarkan dalam bunyi-bunyi linguistik tersebut. Dalam budaya Yali, sering lagu-lagu senis ini diceritakan untuk menjelaskan hal lain yang tersebunyik dibalik lagu tersebut. Kata-kata „e taloho“ dan „hele taloho“ beralaskan semak-semak rotan dan daun-daun pohon, prasa ini merupakan sebuah peristiswa, orang melakukan tindakan tertentu dengan beralaskan dedaunan itu. Tindakan itu diperjelas dalam baris tiga dan lima lagu ini, bahwa di hulir sungai Tumulu dan Pinali telah diteemukan bungan-bungan semberah yang indah. Makna symbolik dan metaforis bungan-bunga adalah untuk menjelaskan tentang gadis-gadis yang ditemukan di hulu sungai-sungai itu. Dalam budaya Yali, gadis-gadis sering mencari dan menangkap katak di sungai-sungai sekitarnya, di wilayah secara definitif menjadi milik dari klen mereka. Dalam baris empat secara jelas disebutkan nama-nama sungai itu. Dengan demikian makna simbolik dan metaforis lagu dalam bait ini adalah untuk menjelaskan tentang gadis-gadis di kampung mereka, karena orang Yali mengungkapkan rasa cinta, ras kagum, dan memuji gadis-gadis mereka dalam bentuk lagu-lagu itu secara metaforis. Mereka tidak mengungkapkan secara langsung dengan kata-kata langsung dan terus terang karena dinilai kasar. Mereka mengungkapkannya secara halus, simbolis, dan metaforis dengan irama yang indah, halus dan sopan.


Sumber:

Ibrahim Peyon, LAGU, METAFORA DAN MAKNA. Facebook: 2 Oktober 2021

Posting Komentar

0 Komentar